Pentingnya intropeksi diri ini berawal dari inspirasi setelah membaca terjemahan Al-Quran tentang kisah terusirnya Iblis dan Nabi Adam dari surga. Al-Quran menyebutkan bahwa Iblis telah melakukan kesalahan besar. Jika ditanyakan apa kesalahan besar Iblis yang ditulis dalam Al-Quran, mungkin banyak umat muslim yang akan menjawab karena iblis tidak mau bersujud kepada Nabi Adam, lalu kita menganggap hal tersebut sebagai kesalahan terbesar Iblis.

Namun, apabila kita mencoba melihat dari sudut pandang yang lain, ternyata kesalahan terbesar Iblis adalah Ketika tidak mau melakukan introspeksi diri. Saat Iblis diperintahkan oleh Allah untuk keluar dari surga dan di nyatakan sebagai mahkluk terkutuk maka Iblis memilih untuk tidak mau mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya, dia tidka merasa berdosa bahkan semakin menyalahkan Nabi Adam sebagai penyebabnya.

Mari kita berandai-andai, jika saat itu Iblis melakukan intropeksi diri lalu mengakui bahwa dirinya telah melakukan kesalahan besar (dosa) lalu memohon ampunan kepada Allah maka pertanyaannya adalah: apakah Iblis akan tetap menjadi mahkluk yang terkutuk? Jawabannya tentu saja kita tidak tahu tetapi Allah yang Maha Pengampun tentu akan mempertimbangkannya jika mahkluknya bertaubat dan memohon ampun kepada-Nya.

Karena sibuk menyalahkan pihak lain (Nabi Adam/manusia) dan tidak mau melakukan introspeksi maka selanjutnya timbul dendam membara dalam diri Iblis. Pada saat dendam bergejolak di dalam dirinya, iblis menjadi semakin sombong. Iblis tidak mau menyadari kesalahannya kepada Allah yang menciptakannya dan memilih untuk tidak bertobat kepada Allah. Bahkan Iblis memohon kepada Allah agar diberi umur panjang dan ketangguhan dalam menyesatkan keturunan Nabi Adam untuk menemaninya menjadi penghuni neraka.

Iblis dan Nabi Adam adalah sama-sama mahkluk yang diciptakan Allah. Tetapi yang dilakukan oleh Iblis malah sibuk menyalahkan orang lain, yaitu Nabi Adam, sehingga tidak terpikir sedikitpun untuk melakukan introspeksi, mengakui kesalahannya dan bertobat kepada Allah.

Mari kita bandingkan dengan apa yang dilakukan Nabi Adam. Ketika Nabi Adam melakukan kesalahan maka dia segera menyadari kesalahannya dan bertobat kepada Allah.

Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Tentu saja karena sebelum Nabi Adam bertobat diawali dengan introspeksi dan mengakui bahwa dia telah berbuat salah, Nabi Adam tidak sibuk menyalahkan pihak lain (Iblis yang telah menggodanya) tetapi focus pada kesalahan yang telah diperbuat oleh dirinya sendiri setelah itu dia segera bertobat dengan cara memohon ampun kepada Allah.

Inilah yang tidak bisa dilakukan Iblis. Iblis hanya sibuk menyalahkan Nabi Adam dan tidak berniat melakukan introspeksi. Andaikan Iblis mau melakukan introspeksi kemudian memohon ampun kepada Allah, bisa jadi Allah Yang Maha Pengampun akan mengampuninya. Namun, Iblis tidak mau dan tidak ada niat sedikitpun untuk melakukan introspeksi, sehingga yang ada pada jiwanya hanyalah rasa dendam yang besar. Akhirnya Allah mengusir Iblis dari surga dan kelak akan memasukannya kedalam neraka sehingga Iblis menjadi mahkluk terkutuk.

Proses introspeksi akan menghasilkan poin-poin yang merupakan pengakuan terhadap kelemahan kita, yaitu kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan. Output dari introspeksi inilah yang terbentuk sebagai daftar kesalahan kita yang akan dijadikan acuan untuk memperbaiki diri. Kita sadar bahwa poin-poin itu yang menyebabkan kehidupan kita belum membaik, dan kita harus memiliki rencana bahwa kelemahan tersebut akan dihadapi dengan cara mengubah diri, mengubah kebiasaan dan mengubah pola pikir yang didasarkan atas hasil introspeksi tersebut, sehingga kedepannya Insya Allah kita akan menjadi pribadi yang lebih baik.

-Taqus Khilba

Melakukan Intropeksi Diri